menggunakannya untuk membeli sesuatu yang nilainya besar. Segepok uang harus dibawa untuk membayarnya. Namun kadang-kadang kita ingin memiliki uang receh karena kebutuhan tertentu yang bersifat rutin. Seperti bayar parkir atau naik angkot yang ingin kita bayar dengan uang pas. Hal itu saya alami saat ini. Setelah kuliah di UI Salemba, saya
harus kuliah lagi di UI Cikini. Biasanya saya naik bajaj ke sana.
Bayarnya antara tujuh hingga sepuluh ribu rupiah. Kalau saya ingin bayar tujuh ribu, maka saya harus menyiapkan satu pecahan lima ribuan dan satu pecahan dua ribuan atau dua pecahan seribuan. Karenanya uang lima ribu dan dua ribu adalah pecahan
favorit yang sangat saya butuhkan saat kuliah di UI pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu. Uang pecahan yang saya dapat selama di Bandung dari hari Minggu hingga Rabu akan sangat berguna kala saya kuliah ke UI. Tentunya dengan kondisi seperti itu uang pecahan adalah kebutuhan bagi saya. Uang pecahan bukan lagi merepotkan tapi sangat berguna bagi saya. Bolak-balik kuliah dari Mikrobiologi Klinik UI Cikini ke UI Salemba, IHVCB (Institut of Human
Virus and Cancer Biology) atau ke Eijkman (Lembaga Biologi Molekuler Eijkman) sangat terfasilitasi dengan keberadaan uang pecahan untuk membayar bajaj.